Sumber : http://mr-kodok.blogspot.com/2014/02/cara-membuat-teks-berjalan-pada-title.html#ixzz30cXmhUrj

DAFTAR ISI

Kamis, 01 Mei 2014

Daniel Sturridge, Tak Dipandang Di Eastland, Jadi Pahlawan Di Merseyside

PROFIL: Daniel Sturridge, Tak Dipandang Di Eastland, Jadi Pahlawan Di Merseyside
Pada 2006, di usianya yang baru 16 tahun, Daniel Sturridge tampil untuk Manchester City di final FA Youth Cup, yang mana menegaskan bahwa ia memiliki kemungkinan karier yang besar.


Dalam rentang 18 bulan kemudian, ia lantas menandatangani kontrak profesional pertamanya, memulai debut penuh, dan menjadi pemain pertama dalam sejarah yang mencetak gol di FA Youth Cup, Piala FA dan Liga Primer Inggris di musim yang sama. Ekspektasinya sudah jelas; Sturridge akan segera masuk ke dalam tim utama Manchester City – dengan ia yang seolah menjadi permata dari akademi dan revolusi petro dollar sang pemilik baru Sheikh Mansour.

Dan di hari Minggu nanti, ketika City dan Liverpool bertemu di sebuah laga yang disebut banyak pihak sebagai penentuan, Sturridge bakal tampil untuk jersey merah Liverpool, bukannya biru City.

Hanya di Liverpool, bukan di City, bahwa pemuda 24 tahun itu mampu tampil maksimal dengan mencetak 30 gol dari 39 penampilan sejak tiba pada Januari 2013, yang sekaligus membuatnya sebagai salah satu duet berbahaya bersama Luis Suarez, dan membawa The Reds menuju apa yang mereka impikan sejak 1990 - trofi liga kasta tertinggi.

Akan tetapi, ini bukanlah cerita singkat dari seorang pemain muda yang terlihat overrated atau disingkirkan klub lamanya. Dalam hal ini, manajer Brendan Rodgers menjadi malaikat pengulur tangan untuk mengeluarkan kemampuan terbaik dari Sturridge – seorang pemain yang, meski di awal terlihat sangat terang, namun pada satu titik tampak ditakdirkan untuk menjadi pemain gagal pada 18 bulan silam.

Di City, arogansi Sturridge dirasa sebagai suatu hal yang layak disalahkan atas mimpi Eastlands-nya yang berubah asam.

Setelah tiba melalui Aston Villa dan Coventry sebgai bocah 14 tahun, penampilan Sturridge menanjak dan lantas dengan cepat menjadi pemain hebat dalam kalangan usianya.

Bakatnya jarang dipertanyakan, meski sang pemain muda asal Inggris itu sering bentrok dengan rekan setimnya. Pada satu kesempatan, melawan Arsenal di bulan November 2008, Sturridge menolak untuk memberikan penalti yang ia hasilkan kepada Elano di menit ke-89, dengan menegaskan bahwa ia yang akan menendangnya. Ia menjauhkan bola itu dari pemain internasional Brasil tersebut dan sukses mengonversinya – namun pemuda 18 tahun itu lantas dianggap tidak sopan oleh beberapa penggemar.

Kemudian di tahun 2009 dan dengan kontrak yang akan berakhir, Sturridge meminta kenaikan gaji yang tinggi. Manajer Mark Hughes yang kala itu bertugas tidak mengabulkan permintaannya. Meski sempat diberi tawaran kenaikan gaji dua kali lipat menjadi £50 ribu per pekan, Hughes pun tak sanggup menyamai tawaran gaji dari Chelsea yang sebesar £75 ribu – sang striker kemudian hengkang.

Sebuah periode frustrasi lantas mengikutinya di Stamford Bridge. Dari yang awalnya sebagai juru gedor, posisinya diubah menjadi penyerang sayap, Sturridge menjadi pemain terpinggirkan dan mencoba untuk beradaptasi. Di sana, ia hanya mengemas 13 gol dari 60 lebih penampilan, dan sebuah peminjaman selama enam bulan ke Bolton Wanderers menegaskan kesusahannya.

Namun, sekiranya ia terlihat sebagai seorang pemain muda yang gagal memenuhi potensi, ternyata masih ada yang memperhatikan dari seberang jalan. Manajer Manchester City Roberto Mancini, bahkan tidak terkesan oleh kegagalan pendahulunya untuk menjaga Sturridge tetap di City, sebagaimana ia yang mencoba untuk mendatangkan kembali sang pemain dan menyelematkannya dari apa yang menjadi mimpi buruk Chelsea pada musim panas 2012.

Dan begitulah, Liverpool serta Rodgers kemudian datang untuk menawar sang penyerang di kisaran £12 juta pada Januari 2013, sebuah titik yang menjadi regenerasi untuk Sturridge.

“Brendan Rodgers tahu apa yang saya butuhkan,” ujarnya kepada media pada November. “Saya butuh dipercaya, untuk bermain sebagai penyerang tengah di sebuah klub, dan saya tidak mendapatkan itu di Chelsea.

“Dia memberi saya kesempatan untuk melakukannya di sini. Sungguh hebat untuk menjadi bagian dari filosofinya. Dia mendapatkan hasil maksimal dari para pemainnya dan membuat kita ingin menang demi dia.”

Dianggap sebagai pembelian berisiko pada saat itu, mengingat masa lalunya yang gagal memenuhi potensi, namun ia justru sukses untuk membalikkan prediksi banyak orang. 

Dalam kisah yang aneh ini, Steven Gerrard berada di antara mereka yang mengamati aksi Sturridge saat ia mencuri pertunjukkan di final FA Youth Cup 2006, di mana ia mencetak dua gol di leg kedua untuk memberikan harapan bagi City, meski pada akhirnya Liverpool menang dengan agregat 3-2.

Sekarang, dia berada di tim yang sama dengan Gerrard, dan keduanya tengah memburu gelar juara paling berharga.

Tidak ada yang bisa membantah bahwa Sturridge telah membuktikan kekeliruan City, dengan ia yang sukses meraih sebuah gelar liga, Piala FA dan rasa malu untuk lini depan The Citizens saat memilih Mario Balotelli, Carlos Tevez dan Sergio Aguero sebagai pemain utamanya.

Meski demikian, dengan sebuah tempat untuk skuat Piala Dunia yang sepertinya sudah berada dalam genggamannya menyusul penampilan sensasional musim ini, beberapa pihak berpendapat bahwa Sturridge bukanlah satu-satunya pemain yang sukses menyelinap melalui celah kecil jaring City dalam beberapa tahun terakhir.

Dan di hari Minggu nanti, ia mungkin bisa memberikan Liverpool sebuah kemenangan yang membuat mereka sebagai favorit juara sekaligus memberi klub lamanya penyesalan.

Ini akan menjadi sebuah titik balik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar